Kabarlaki.com - Mungkin ada yang bilang memahami cinta seorang wanita itu amatlah sulit.
Wanita itu penuh dengan misteri.
Mungkin salah satu dari kalian
ada yang menggumam, “Kenapa aku sebagai lelaki yang sudah mapan belum juga
mendapatkan wanita?”
Mungkin juga ada yang berpikiran
begini, “Wajahku sebenarnya juga gak buruk-buruk amat, tapi kenapa tidak satu wanita
pun yang mau jadi pacarku?”
Baiklah, sejenak lupakanlah
pertanyaan dalam kepala kalian itu, mari kita sekarang memahami cinta seorang wanita
secara ilmiah. Barangkali ini adalah sebuah jawaban yang selama ini kalian
cari.
Photograph: Getty Images (posed by model) |
Cinta Seorang Wanita
Selama ini, mungkin kita
beranggapan bahwa mencintai hanyalah urusan hati, cinta 100% adalah tentang
perasaan saja. Tapi kenyataannya, mencintai adalah warisan dari leluhur melalui
proses yang sangat panjang.
Maksudnya?
Sepanjang evolusi, otak manusia telah
belajar memilih pasangan yang baik. Manusia menghabiskan 99% kehidupannya untuk
keperluan berevolusi. Tantangan terpenting manusia selama perjalanan evolusi tentu
saja adalah masalah reproduksi demi kelangsungan spesiesnya.
Bagi wanita leluhur primitif, mereka
tidak hanya berpikir sekedar bagaimana cara memiliki anak bersama pasangan,
tapi juga harus memikirkan apakah keturunan mereka mampu bertahan demi penyebaran
gen mereka.
Wanita primitif yang salah
langkah dalam melakukan reproduksi di masa dulu, tidak akan meninggalkan jejak
di masa depan. Musnah. Akibatnya, struktur otak terbaik para wanita leluhur dalam
memilih pasangan dari zaman purba inilah
yang bertahan dan kemudian menjadi struktur standar yang diwariskan kepada wanita
modern sekarang ini.
Struktur otak terbaik itu telah tersandikan
menjadi kode-kode sandi yang diwariskan ke dalam otak wanita generasi
selanjutnya yang berfungsi sebagai sirkuit cinta
neurologis. Dengan sirkuit ini, maka cinta seorang wanita akan mampu
memilih pasangan sesuai kode sandi yang diwariskan dari wanita leluhurnya;
yaitu kemampuan memilih pasangan yang bisa memberi keturunan terbaik; kuat dan
sehat.
Sirkuit cinta neurologis itu akan
aktif pada masa pubertas karena campuran berbagai neurotransmitter. Sirkuit cinta
tersebut tersusun dengan sangat baik. Sehingga, wanita hanya akan menaksir
lelaki berdasarkan sandi yang tersimpan tadi.
Jika wanita sudah bertemu dengan
lelaki yang sesuai dengan sandi yang ada
dalam otaknya, maka ia akan mengalami sengatan
kimia yang disalurkan oleh neurotransmitter (senyawa kimia saraf). Sengatan neurotransmitter
ini bekerja seakurat laser. Dan akhirnya, sengatan neurotransmitter inilah yang
disebut dengan amukan asmara atau jatuh cinta.
Jika sengatan neurotransmitter
ini tidak terjadi, jalinan cinta wanita dan lelaki tidak akan terjadi pula. Seperti
halnya aliran listrik yang disambungkan melalui media kertas, maka tak akan ada
aliran listrik. Hal ini juga menjelaskan mengapa seorang wanita hanya memilih
tipe lelaki tertentu yang berbeda dengan pilihan wanita lain. Ya, karena setiap
wanita memiliki ketentuan frekuensi berbeda atau sandi berbeda.
Wanita yang terkena sengatan
neurotransmitter akan mengalami kegelisahan, kekhawatiran, sekaligus
kegembiraan yang mengacaukan pikirannya.
Kenapa bisa begitu?
Sensasi cinta dapat menimbulkan
rasa berjuta rasa. Yang pernah jatuh cinta pasti tahu bagaimana persisnya.
Saat wanita terkena sengatan
neurotransmitter atau jatuh cinta maka otaknya tidak bisa digunakan untuk
berpikir lagi. Ia benar-benar buta; tidak mau tahu semua kekurangan yang
dimiliki oleh lelaki yang ditaksirnya. Meskipun wanita kaya dan lelaki yang
dicintai miskin, meskipun ia cantik dan lelakinya jelek, ia akan tetap
mencintainya. Sikap ini benar-benar di luar kesadaran. Jadi jangan heran kalau
ada lelaki jelek tapi kok istrinya
cantik. Ya, karena frekuensi mereka nyambung dan kode mereka cocok.
Aktivitas otak dalam keadaan mabuk
cinta seperti itu berbahan bakar hormon dan neurotransmitter seperti dopamin,
estrogen, oksitosin dan testosteron. Sirkuit otak wanita yang aktif ketika
jatuh cinta sama seperti area otak seorang pencandu narkoba yang sedang
sakau. Bagian Amigdala (sistem untuk siaga dan takut) dan Anterior Cinguli Cortex (sistem otak untuk khawatir & berpikir
kritis) ketika itu non-aktif ketika sirkuit cintanya sedang aktif. Jadi,
sebenarnya, jatuh cinta dengan perasaan asmara yang menggebu itu pada dasarnya sama
dengan mabuk ekstasi alami.
Berbagai gejala awal wanita yang
sedang jatuh cinta pun sama dengan efek awal narkoba macam amfetamin, kokain;
obat candu seperti heroin, morfin, atau oxycontin. Obat-obat tersebut memicu
sirkuit reward di otak yang memicu
pelepasan efek kimiawi. Sama dengan efek otak wanita yang sedang jatuh cinta
menggebu.
Mabuk cinta yang begitu kuat membuat
kepentingan, kebahagiaan, hidup orang yang dicintai menjadi sama penting,
bahkan melebihi dirinya sendiri. Begitulah cinta seorang wanita jika sudah
mencintai seseorang yang cocok dengan sandi di otaknya.
Rindu & Pelukan Seorang
Wanita
Photograph: Getty Images (posed by model) |
Rasa tersiksa saat perpisahan
fisik pada orang yang dicintai bukanlah sekedar fantasi. Ini adalah rasa sakit
akibat berkurangnya sengatan neurotransmitter. Kita terbiasa menganggap
kerinduan bersifat psikologis, tapi sebenarnya hal ini bersifat fisik. Sama seperti
kondisi otak yang sedang kekurangan narkoba.
Selama perpisahan, wanita yang
sedang dilanda cinta itu selalu ingin bertemu dengan pasangannya. Begitu
bertemu kembali, semua komponen rasa sakit dalam ikatan cinta itu dapat
dipulihkan oleh membanjirnya kembali dopamin dan oksitosin dalam otaknya.
Dan, aktivitas pasangan seperti
membelai, mencium, menatap dan memeluk bisa membangkitkan ikatan kimia cinta
dan kepercayaan di otak wanita. Persis dengan efek yang diperoleh setelah
mengkonsumsi narkoba.
Tindakan mendekap atau berpelukan
melepaskan oksitosin di otak wanita, menimbulkan kecenderungan percaya kepada orang
yang memeluknya. Tindakan ini membuat seorang wanita akan mempercayai segala
sesuatu yang dikatakan oleh orang yang memeluknya itu. Bahkan seorang wanita
bisa lebih percaya kepada orang yang memeluknya –meskipun baru kenal-- daripada
mempercayai orang tuanya sendiri. Ya, hanya akibat pelukan!
Dalam sebuah penelitian mengenai
pelukan, oksitosin secara alami dikeluarkan dalam otak wanita setelah pelukan
berlangsung selama 20 detik. Oksitosin ini memicu sejumlah sirkuit kepercayaan
di otak wanita semakin menguat. Selain pelukan, sentuhan, tatapan, berciuman, orgasme ketika berhubungan seksual juga
melepaskan oksitosin dalam otak wanita.
Itulah penjelasan tentang cinta
seorang wanita secara ilmiah berdasarkan penjelasan dari seorang dokter Dokter Saraf,
yang bisa kalian hubungi melalui akun twitter @ryuhasan jika ada pertanyaan.
0 comments:
Post a Comment